Sudah kesekian kalinya ini saya membaca di media elektronik maupun media sosial tentang anak muda yang mengakhiri hidupnya. Mereka ini usianya masih sangat muda, antara 18 hingga 30 tahunan, laki-laki maupun perempuan. Beberapa di antaranya berstatus mahasiswa, bahkan ada yang sedang mengerjakan tugas akhir. Ada pula yang berstatus seorang guru muda.
Duka mendalam saya sampaikan kepada keluarga yang ditinggalkan oleh orang terkasih dengan cara tak terduga seperti ini. Di balik itu, berbagai pertanyaan menyeruak di kepala saya, kenapa hal itu sampai terjadi? Apakah tekanan berlebih di lingkungan mereka? Tuntutan yang terlalu tinggi dari lingkungan dan keluarga? Apakah anak-anak ini mengalamai gangguan kecemasan umum atau depresi?
Contents
Gejala Kecemasan Umum
Poster Generalized Anxiety Disorder (GAD) dan Depresi
Pada suatu hari di sebuah klinik tumbuh kembang yang juga melayani konsultasi psikologi, saya melihat di dinding klinik sebuah poster yang cukuk menarik.
Di poster tersebut tertera Generalized Anxiety Disorder (GAD) atau Gejala Kecemasan Umum.
Menurut data prevalensi Global Sekitar 6-9 juta orang di Amerika dan Eropa menderita GAD pada tahun tertentu. Kemudian prevalensi GAD seumur hidup adalah 13,6 %. Tertulis jelas juga bahwa GAD merupakan ansietas dan khawatir yang berlebihan terhadap berbagai peristiwa atau aktivitas terjadi berhari-hari, yang terjadi paling sedikit 6 bulan. Kekhawatiran tersebut sulit dikontrol.
Perasaan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan sosial, dan kualitas hidup seseorang.
Gejala gangguan kecemasan dapat bervariasi dari orang ke orang, tetapi beberapa gejala umum meliputi:
Perasaan Cemas atau Khawatir yang Berlebihan
Perasaan utama adalah merasa gelisah, tegang, atau resah yang berkepanjangan. Beberapa orang yang saya kenal bisa berdampak pada kurang nafsu makan, akhirnya berujung pada meningkatnya asam lambung atau GERD. Individu tersebut jadi dobel-dobel perasaan cemasnya, cemas karena GAD dan cemas karena GERD.
Individu yang merasa cemas berlebihan ini juga mudah marah atau tersinggung. Di lingkungan pertemanan, individu yang mudah marah seperti ini tentu saja menjadi tidak punya teman. Siapa juga yang mau berteman dengan orang baperan, kan…
Kesulitan Berkonsentrasi
Kesulitan berkonsentrasi berakibat pada sulit untuk fokus menyelesaikan tugas-tugas. Bagi mahasiswa tentunya akan berdampak nilai akademis dan tenggat waktu lulus. Seperti kita ketahui pada perguruan tinggi unggulan, ada tenggat waktu kelulusan yang amat ketat.
Kelelahan dan Gangguan Tidur
Kelelahan bisa lelah secara fisik, tetapi bisa pula lelah secara psikis. Misalnya anak-anak yang mengalami perundungan, mereka lelah secara mental. Kelelahan mental terus menerus sepanjang waktu akan mengakibatkan gangguan tidur. Ini menjadi lingkaran tak berujung yang makin parah kondisi seseorang yang mengalami GAD.
Gejala Fisik GAD
Walaupun GAD boleh dibilang merupakan gangguan psikis, yang sering dianggap tidak terlihat secara fisik. Beda misalnya kita jatuh dan luka, kan terlihat secara fisik. Tetapi bagi individu yang bersangkutan, GAD ternyata dirasakan secara fisik, antara lain jantung berdebar, keringat dingin, pusing, atau sesak napas. Selain itu sering mengalami ketegangan otot, terutama di bahu dan leher.
Gejala Depresi
Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa disukai. Ini lebih dari sekadar merasa sedih sesaat. Depresi dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, dan kesehatan fisik seseorang. Beberapa penelitian memang mengaitkan GAD yang tidak diatasi akan berakibat depresi.
Gejala depresi bisa bervariasi dari orang ke orang, namun beberapa gejala umum yang sering muncul adalah:
- Perasaan sedih, kosong, atau putus asa: Merasa sedih yang mendalam dan berkepanjangan.
- Kehilangan minat atau kesenangan: Tidak lagi menikmati aktivitas yang sebelumnya disukai.
- Perubahan nafsu makan: Bisa jadi nafsu makan meningkat atau menurun drastis.
- Perubahan berat badan: Berat badan naik atau turun secara signifikan.
- Gangguan tidur: Sulit tidur, tidur terlalu banyak, atau tidur tidak nyenyak.
- Kelelahan: Merasa lelah sepanjang waktu, bahkan setelah beristirahat.
- Perasaan tidak berharga atau bersalah: Merasa tidak berguna atau menyalahkan diri sendiri.
- Sulit berkonsentrasi: Sulit untuk fokus atau membuat keputusan.
- Agitasi atau melambat: Menjadi gelisah atau merasa lamban dalam bergerak atau berbicara.
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri: Memiliki pikiran tentang kematian atau keinginan untuk mengakhiri hidup.
Penyebab Depresi
Penyebab pasti depresi belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor yang dapat berkontribusi meliputi:
- Genetika: Riwayat keluarga dengan depresi.
- Kimia otak: Perubahan dalam zat kimia otak seperti serotonin dan dopamin.
- Hormon: Perubahan hormon, seperti pada wanita menjelang menstruasi atau menopause.
- Stres: Kehidupan yang penuh tekanan dapat memicu depresi.
- Peristiwa traumatis: Pengalaman traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai atau pelecehan dapat meningkatkan risiko depresi.
- Kondisi medis lainnya: Beberapa kondisi medis seperti penyakit tiroid atau penyakit jantung dapat memicu depresi.
Pengobatan Depresi
Depresi adalah kondisi medis yang dapat diobati. Beberapa pilihan pengobatan yang umum digunakan antara lain:
- Terapi: Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu jenis terapi yang efektif untuk mengatasi depresi.
- Obat-obatan: Antidepresan adalah jenis obat yang sering digunakan untuk mengobati depresi.
- Konseling: Berbicara dengan konselor atau psikolog dapat membantu individu mengatasi perasaan dan pikiran negatif.
Penutup
Penting untuk diingat bahwa depresi bukan tanda kelemahan. Ini merupakan penyakit mental yang serius dan membutuhkan penanganan yang tepat. Sama halnya gejala kecemasan umum atau Generalized Anxiety Disorder (GAD) ini juga merupakan penyakit mental yang menimbulkan depresi dan risiko bunuh diri.
Meskipun keduanya dapat menimbulkan gejala yang tumpang tindih, seperti kesulitan tidur atau kelelahan, namun fokus utama dan perasaan yang mendominasi sangat berbeda. Gejala kecemasan umum lebih terkait dengan kekhawatiran berlebihan tentang masa depan, sedangkan depresi lebih kepada perasaan sedih dan kehilangan minat.
Oleh sebab itu jangan ragu untuk mencari bantuan, segera mencari profesional psikolog atau dokter. Untuk kondisi yang akut dan berkepanjangan harus mengonsumi obat-obatan anti depresan yang diresepkan dokter. Dengan pengobatan yang tepat, penderita dapat pulih dari depresi dan menjalani hidup yang lebih baik.
Di sisi lain bila di lingkungan terdekat atau di keluarga yang mengalami GAD dan mengarah depresi, segera cari bantuan profesional dan lakukan pendampingan.
Semoga bermanfaat.
Sumber:
Photo by Pixabay: https://www.pexels.com/photo/woman-sitting-near-wall-278303/
Nah saya juga suka kumat gerd nya klo lagi kepikiran satu hal sampe mengganggu kerjaan
saya kok langsung teringat kasus yang baru terjadi di Jakarta tentang seorang anak yang tega menghilangkan nyawa ortu dan neneknya.
mungkinkah dia juga mengalami kecemasan hingga depresi
aku pernah mengalami cemas, tapi nggak sampe berlebihan juga, entah kenapa pas saat itu merasa cemas, asam lambung kayak naik gitu, jadi bawaannya mual.
depresi berlebihan ini cukup membahayakan juga ya, ada baiknya jika merasa kondisi tubuh nggak fit, memang lebih baik ke dokter aja untuk mencari solusinya
Penyakit mental ini adalah salah satu hal yang sekarang harus diperhatikan benar-benar sih, apalagi dengan adanya internet jadinya semua informasi begitu cepat dan bisa aja ada perundungan-perundungan digital yang dialami seseorang. Harus lebih diperhatikan sih lingkungan sekitar kita terutama anak dan pasangan yang dekat dengan kita