Sudah jatuh tertimpa tangga! Begitulah kira-kira yang saya bayangkan ketika menyimak paparan penuh perasaan dari seorang ibu, peserta kelas menulis buku Sekolah Perempuan.
Ada dua buah pada acara launching buku antologi yang diadakan secara zoom oleh Indscript Creative dan Bukuin, tanggal 1 Juni 2024 yang lalu.
Buku-buku tersebut berjudul “Melintasi Badai” dan “Menolak Rapuh”, ditulis oleh masing-masing 20 perempuan hebat yang berhasil merangkai kalimat demi kalimat pengalaman hidup mereka.
Bedah Buku dan Peluncuran Buku Antologi
Indscript Creative adalah agen naskah yang menjadi jembatan antara penerbit dengan penulis yang berdiri sejak tahun 2007.
Seiring waktu, perusahaan ini berkembang menjadi jasa penulisan meliputi: jasa liputan blogger Indscript, jasa pembuatan artikel, jasa pembuatan company profile, jasa penulisan ghostwriter, jasa buku antologi expert, jasa pendampingan penulisan buku solo, dan kelas penulisan buku.
Mempunyai buku yang ditulis sendiri, sama halnya seperti kartu nama, menjadi personal branding seseorang. Di sisi lain, menulis juga menjadi media untuk self healing ditengah deraan masalah hidup yang bertubi-tubi.
Buku antologi “Menolak Rapuh”, cover depan dan nama-nama kontributor
Itu pula yang disampaikan oleh Ibu Aida Watiningsih, pendiri Sahabat Nasi Gratis Pamanukan dan pemilik Toko Hijab Maharani.
Indari Mastuti sebagai founder dan CEO Indscript Creative memberi kesempatan pada launching buku antologi ini untuk bercerita penggalan kisah hidupnya. Dengan berderai air mata dan suara tercekat beliau menyampaikan bagaimana rasanya sakit selama tujuh tahun dan harus mengonsumsi puluhan obat setiap harinya.
Oleh sebab itu walaupun beliau seorang sarjana, lebih fokus mengurus rumah tangga dan berbisnis dari rumah. Seperti di awal paragraf, sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah yang dirasakan oleh Ibu Aida.
Tokonya terbakar habis, kemudian beliau tertabrak truk tronton, ditambah pula Pamanukan dilanda banjir bandang setinggi leher.
Sampai-sampai beliau harus diungsikan ke Bandung.
Ada hal yang membuatnya menolak rapuh dan berhasil melintasi badai adalah harapan warga Pamanukan agar program Nasi Gratis tetap berjalan. Pada waktu itu banyak di antara warga yang tidak mempunyai beras.
Pada kesempatan launching buku antologi ini, Teh Indari juga membacakan penggalan beberapa karya penulis yang turut berkontribusi menulis di buku antologi “Melintasi Badai” maupun “Menolak Rapuh”. Semuanya perempuan-perempuan hebat antara lain, dokter, dosen, guru, pengusaha, calon profesor, pendaki gunung, copywriter, financial planner, ibu rumah tangga, dan lain-lain.
Buku antologi “Melintasi Badai”, cover depan dan nama-nama kontributor
Masih banyak kisah-kisah istimewa lainnya yang bisa kita baca dan menjadi pengingat bahwa sejatuh-jatuhnya nasib manusia, masih ada Allah SWT Sang Maha Kuasa yang menolong kita. Begitu pula kehangatan dan pelukan keluarga menambah semangat untuk bangkit kembali.
Penutup
Harga buku “Menolak Rapuh” dan “Melintasi Badai”
Menulis buku dan menerbitkannya adalah salah satu goal dari kelas menulis buku Indscript Creative. Setiap bulan selalu ada judul-judul baru pasti terbit! Buku-buku ini adalah hasil karya dari kelas menulis buku antologi yang rutin diadakan oleh Indscript Creative.
Manfaat dari menulis baik di buku harian, artikel, ngeblog, atau bahkan buku antologi maupun buku solo, membuat ingatan menjadi lebih tajam.
Mengingat kembali dan menggali memori peristiwa yang kurang menyenangkan dan membuat trauma, justru akan melegakan bila dituliskan secara rinci.
Menulis bisa membuat hati lebih tenang. Menulis tentang sesuatu yang sedang dirasakan, baik marah, sedih, ataupun menyakitkan, dapat mengurangi dampak buruk dari perasaan kita.
Di sisi lain, hasil tulisan yang dibukukan ini bisa menjadi pengingat para pembaca akan perjuangan dari penulisnya supaya bisa survive. Itulah yang bisa kita dapatkan bila membaca buku antologi “Melintasi Badai” maupun “Menolak Rapuh”.
Menjadikan para pembacanya juga menjadi kuat melintasi badai dan menolak rapuh.
Semoga bermanfaat.